LIBURAN KENAIKAN KELASKU
Oleh : Alvin Ardiansyah Putra
Pada saat itu ,tepat nya pada hari selasa jam 10 pembagian rapot dilaksanakan di sekolah. Aku dinyatakan naik ke kelas XII dengan nilai yang cukup baik. Meskipun aku tidak masuk rangking, aku tetap senang karena bagiku yang penting adalah aku naik kelas dan tidak diremedial. Akhirnya aku pun bisa menikmati liburan panjang yang menyenangkan.
Sudah terbayang olehku bahwa Ayah dan Ibu akan mengajakku
berlibur ke tempat wisata yang menyenangkan seperti biasanya. Bahkan, aku sudah
menyiapkan baju dan perlengkapan lainnya sejak jauh-jauh hari. “Kali ini aku
akan berlibur kemana ya?” Tanyaku dalam hati. “Ah, kemanapun itu, yang penting
liburanku menyenangkan!”
Aku pun lalu menemui Ibu dan Ayahku yang kebetulan sedang di
meja makan. Lantas aku pun bertanya, “Ayah, Ibu, liburan kali ini kita akan
kemana?” Terlihat Ayah dan Ibu saling pandang, dan kemudian Ayah pun berkata,
“Nak, kali ini kamu liburan sama Ibu di rumah, ya. Soalnya, Ayah kali ini
sedang ada tugas di luar kota. Nanti kalau ada waktu libur lagi, Ayah janji
kita akan berlibur lagi seperti biasa.” Aku kecewa mendengar pernyataan itu.
Namun, aku hanya bisa menerima keputusan dari Ayahku.
Hari-hari liburku pun hanya bisa kulewati di rumah saja.
Sebetulnya, aku ingin sesekali pergi ke luar rumah, entah itu sendirian ataupun
bersama teman. Namun sayangnya, Ibuku melarang dan aku pun malah disuruhnya
membantu setiap pekerjaan rumah. Kalaupun aku ke luar rumah, biasanya hanya ke
pasar saja, itu pun juga ditemani oleh Ibu.
Ibuku berkata bahwa aku tidak boleh keluar rumah karena Ibu
ingin mengajariku cara mengurus rumah, memasak, mencuci, dan menyetrika baju
selama liburan sekolah. Ibu mengajariku hal-hal tersebut agar aku bisa mandiri
jika suatu saat nanti aku kuliah atau bekerja di perantauan.
Selain mengajarkan hal-hal tersebut, Ibu juga ingin supaya aku
fokus belajar di rumah guna menyambut ujian nasional dan sejumlah ujan lain
yang akan aku hadapi nanti. Jujur saja, aku sebetulnya ingin menolak apa yang
Ibu lakukan kepadaku. Namun, apa boleh buat, aku hanya bisa menerima dan
mengikuti saja apa yang Ibu perintahkan kepadaku.
Pada suatu sore, Ibu tiba-tiba mengetuk pintu kamarku. Aku pun
membuka pintu dan berujar, “Ada apa, Bu?”
“Kamu sekarang mandi. Ibu tunggu di luar.”
“Loh, kita memang mau kemana, Bu?”
“Ibu mau ajak kamu ke taman kota. Ya, hitung-hitung liburan lah,
masa mau di rumah terus?”
“Hah, yang betul? Baiklah kalau begitu, aku mandi dulu ya, Bu.”
Setelah mandi, aku dan Ibu pun kemudian bergegas ke taman kota.
Meskipun hanya berjalan-jalan di sekitar taman kota, namun entah mengapa aku
merasa sangat senang. Entah mungkin karena beberapa hari kemarin terlalu lama
di rumah, atau mungkin karena ini pertama kalinya aku berjalan-jalan di taman
ini sekian lama. Ah, apapun itu, yang jelas aku akan menikmati suasana
menyenangkan ini.